Wednesday, July 31, 2013

Seragam Pernikahan

Kalau di posting sebelumnya aku cerita soal souvenir, kali ini aku mau cerita tentang baju seragam yang digunakan di acara pernikahan kami. Secara garis besar seragam untuk pernikahan kami dibagi menjadi lima macam : Orang tua, saudara kandung, saudara kandung bapak ibuk, Nenek + keluarga Bandung dan seragam untuk penerima tamu. Semua kain yang digunakan kami beli di Beteng Trade Centre Solo. Kata ibuk disana memang banyak pilihan motif, warna dan harganya. Ternyata benar, untuk 5 macam kain tersebut kami dapatkan di satu toko saja. Karena aku sama ibuk emang tipe yag g mau ribet, males banget muter-muter ke beberapa toko, jadi sangat beruntung bisa dapet semuanya di satu toko dengan motif dan warna yang memang kami sukai. Karena memilih nuansa merah, jadi semua kainnya harus warna merah, biar kompakan, hehe.. Dan berikut penampakan seragamnya pada saat dipakai di hari pernikahan kami:


  • Orang Tua


kain ini yang milih ibuk klaten. Beliau memang suka motif yang rame, jadi pas liat kain ini langsung aja minta dipotongin 2 buah dan g mau berpaling ke lain hati, Hihi. Tapi emang cantik pas sudah dipakai :)


  • Saudara Kandung


Kalau kain yang ini aku yang milih, tadinya aku pilihin buat bude-bude dan bulik-bulik, tapi kata ibuk jakarta kalau sudah ada payetannya susah nanti waktu jahitnya. Ya sudah aku minta dua potong aja buat Uswah sama Risma. Tapi ternyata pas dipakai cantik juga :)


  • Saudara Kandung Bapak Ibuk


Kalau kain ini buat seragam bulik sama bude yang sekandung sama bapak ibuk Klaten dan Jakarta. Motifnya yang simpel dan terlihat elegan menurut kami cocok untuk bude dan bulik yang usianya sangat beragam. Kamipun memesan 11 potong.


  • Nenek + Keluarga Bandung


Untuk kain ini Ibuk yang milih.Emang sengaja bukan maron atau gimana kurang paham juga, nanti deh ditanyain alasannya kenapa :)


  • Penerima Tamu


Kalau kain ini kami pilih berbeda hari, tapi tetep di toko yang sama. Alasan dipilih kain ini karena ketersediaannya yang cukup karena kami membutuhkan sekitar 40 potong, dan satu potongnya 2 sampai 2,5 m. Ada beberapa pilihan yang stok nya mencukupi, tetapi kami menjatuhkan pilihan untuk kain ini. Warna dan motifnya memang sesuai dengan tema resepsi pernikahan, maron dan gold.

Selain seragam buat acara di Klaten, kami juga membeli seragam buat acara di Bantul. Untuk acara di Bantul kami hanya membeli kain buat Ibuk klaten, Ibuk Jakarta, Uswah dan Risma. Kali ini buat orangtua ibuk Jakarta yang milih kainnya, berbeda dengan ibuk klaten, Ibuk Jakarta lebih memilih motif yang simple, dan inilah hasil bajunya:

Kalau untuk Uswah dan Risma, motifnya sama seperti kain orangtua yang merah, cuma kali ini warnanya cream, sesuai dengan tema acara di Bantul.

Souvenir Pernikahan

Setelah Dibungkus
Kali ini aku ingin mengabadikan salah satu persiapan pernikahan kemaren yang cukup melatih kesabaran, fisik dan finansial, hihihi. Sesuai kesepakatan dengan WO dan keluarga Klaten, segala sesuatu yang berhubungan dengan resepsi pernikahan di Klaten bakalan di handle sama WO, kecuali souvenir. Katanya aku sama mas aja yang memutuskan mau pake souvenir apa, biar berasa kalau mau nikah, masak mau nikah g ribet ngurus apa-apa, begitu kata Ibuk. Hmm, bener juga sih...
Walaupun acara masih terhitung lama (kurang lebih 1 tahun lagi) tapi kami berdua sudah mulai memikirkan mau pake souvenir apa. Kalau ibuk Klaten sih usul kipas aja, sedangkan ibuk jakarta katanya terserah yang penting nanti bakalan kepake sama yang kita kasih, jangan sampai si souvenir bakalan terbengkalai bahkan terbuang karena kurang bermanfaat bagi yang dikasih. Yes, kami tampung saran mereka untuk sementara waktu. Walaupun untuk beberapa hari kami udah hampir memilih kipas.
Setelah beberapa minggu berjalan tiba-tiba mas usul gimana kalau souvenirnya towel cake. Katanya bentuknya unik. emmmm, setelah aku liat beberapa sampelnya ternyata emang lucu-lucu bentuknya. Udah sempat memutuskan budget dan model yang mau kita pake, tiba -tiba saja inget pesan ibuk jakarta kalau souvenirnya harus yang bermanfaat, dan kamipun sepakat untuk mencoret si towel cake untuk souvenir pernikahan kami.
Karena frustasi, sempat beberapa bulan kami tidak pernah berdiskusi soal souvenir. Aku yang masih berada di Bali dan mas di Jakarta membuat pencarian kami agak terhambat. Sering terjadi miss komunikasi dan ujung-ujungnya malah berantem. huhu. Sampai suatu hari mas dan ibuk jakarta memutusan untuk pergi ke pasar Jatinegara yang sangat terkenal sebagai pusatnya beraneka macam souvenir.Disana mas terpincut sama tas berbahan kain blancu yang dipadu padankan dengan kain batik sebagai aksennya. Katanya bentuknya unik, pas dilipet bisa kayak dompet, tapi kalau dibuka ternyata tas. Agak g setuju sih awalnya, salain budgetnya yang over, pas liat foto-fotonya dari google kok kayaknya kurang sreg aja.
karena mas udah terpincut sama tas itu, akhirnya aku mengalah mengingat posisiku yang lagi di Bali dan g mungkin pulang ke Jakarta hanya untuk mencari souvenir yang sesuai dengan selera kita berdua. Kamipun sepakat untuk memesan tas tersebut. Karena ada saudara mas yang memang punya usaha membuat tas, akhirnya mas memutuskan untuk memesan tas tersebut ke tempat saudaranya.
Kira-kira sebulan sebelum hari H, souvenir sudah jadi, dan ternyata hasilnya tidak mengecewakan. Jahitannya yang rapi dan pemilihan potongan kain batiknya yang detail membuat kami merasa puas. Walaupun ternyata harganya di atas harga yang ditawarkan di Jatinegara, tetapi melihat bahan yang digunakan, desain dan kerapian yang dihasilkan membuat kami melupakannya dan siap membagikan untuk para tamu yang akan datang untuk mendoakan pernikahan kami berdua.

Tampak Depan

Tampak Belakang

Semoga souvenirnya bisa bermanfaat ya, seperti niat awal kami yang memilih tas ini agar bermanfaat bagi yang memilikinya...

Wednesday, July 24, 2013

Lombok Part 2

Hari kedua di Lombok kami berencana untuk mengunjungi pantai Selong Belanak dan Mawun. Karena kami harus kembali ke bali sekitar pukul 4 sore, kamipun mengawali perjalanan agak pagi. Jam 7 pagi driver sudah datang menjemput kami. Kamipun bersiap-siap untuk checkout dan melanjutkan perjalanan menuju pantai Mawun dan Selong Belanak.
Di tengah perjalanan kami sempat mampir ke monumen Lombok Barat Bangkit yang terletak di bundaran bypass Bandara Internasional Lombok (BIL) ini memang sudah menarik perhatian kami dari hari pertama kami tiba di Lombok. Tapi atas saran driver kami, kami baru menyempatkan diri mampir di hari kedua. Monumen ini berbentuk masjid dilengkapi dengan air mancur yang mengikuti irama musik islami ala timur tengah.

Monumen Lombok Barat Bangkit

Setelah puas berfoto dan menikmati monumen ini, kamipun melanjutkan perjalanan menuju pantai Mawun. Dari warna air dan ombaknya, Mawun tidak terlalu berbeda jauh dengan pantai-pantai yang kami kunjungi di hari pertama - karena memang mereka berada di jalur perairan yang sama. Tetapi pantai ini tergolong agak landai, sehingga lebih nyaman untuk berenang di bibir pantai dengan pasir putihnya tersebut.

Mawun


Perjalan dilanjutkan menuju pantai Selong Belanak. Kami memutuskan untuk menikmati keindahan pantai ini dari dalam sebuah kafe sambil menikmati makan siang. Karena ombak di pantai ini agak besar, kami hanya sempat befoto-foto sejenak.

Selong Belanak

Akhirnya kami diantar menuju Bandara International Lombok, itu berarti keberadaan kami di Lombok harus berakhir. Saya pribadi sangat puas dengan trip kali ini. Hanya dengan waktu 2 hari bisa menikmati keindahan Lombok, walaupun baru beberapa tempat yang sempet dikunjungi tetapi mampu mengobati rasa penasaranku terhadap keindahan pantai Lombok yang sudah sangat terkenal. Bila ada waktu dan kesempatan lagi, rasanya masih pengen datang kembali, suasananya yang masih tenang dengan keindahan alamnya yang menakjubkan sangat cocok untuk beristirahat sementara dari rutinitas pekerjaan.

Tuesday, July 23, 2013

Terung Balado



Liat isi kulkas ternyata ada terung ungu yang nasibnya udah hampir layu. Karena takut kebuang akhirnya browsing resep berbahan baku terung. Dari beberapa resep yang ada akhirnya memutuskan untuk bikin terung balado. Selain caranya yang mudah, bahan-bahan yang dibutuhkan juga udah ada di dapur. Walaupun baru pertama masak menu ini, tapi rasanya lumayanlah, masih bisa dimakan, hehe..






Bahan utama : terung ungu

Bumbu:

  • 4 siung bawang merah
  • 2 siung bawang putih
  • 1 buah tomat
  • Cabai merah keriting (sesuai selera)
  • Cabai merah rawit (sesuai selera, kali ini saya menggunakan cabai rawit hijau, karena g ada stok cabai rawit merah, hehe)
  • Garam
  • Gula pasir


Cara Membuat:

  1. Bersihkan terung ungu, belah menjadi 2 bagian, lalu potong kembali menjadi 3 bagian
  2. Goreng terung setengah matang
  3. Haluskan seluruh bumbu (kecuali gula pasir dan garam)
  4. Tumis bumbu sampai matang (kata mertua kunci masak yang gurih ada di bagian ini, bumbu yang ditumis harus matang biar rasa dari bumbunya keluar)
  5. Masukkan terung setangah matang, aduk sampai bumbu merata dan meresap, tambahkan garam dan gula pasir secukupnya
  6. Siap disantap 

Friday, July 12, 2013

Mutiara Lombok

Setelah puas menikmati keindahan alam Lombok, tak ada salahnya untuk mampir membeli beberapa oleh-oleh khasnya. Dari beberapa oleh-oleh khas Lombok, saya lebih tertarik untuk membeli mutiara. Maklum, seumur-umur belum pernah memiliki perhiasan mutiara, jadi semangat banget pas driver bilang sebelum makan siang akan singgah dulu di toko mutiara.Setelah sampai di tempat yang direncanakan, sayapun segera turun.
Ternyata di toko ini memang menyediakan 2 jenis mutiara, yaitu mutiara air tawar dan mutiara air laut. Mutiara air tawar harganya lebih murah jika dibandingkan dengan mutiara air laut. Karena harganya yang murah ini, makannya mutiara jenis ini tidak memiliki sertifikat seperti halnya mutiara air laut dan  perhiasan - perhiasan lain pada umumnya.
Setelah berfikir sejenak, akhirnya saya memutuskan untuk membeli mutiara air tawar, toh ini kan cuma buat oleh-oleh, bukan buat investasi atau dipakai sebagai perhiasan utama.hehe. Sayapun akhirnya membeli 3 buah bros dan satu buah cicin di tempat tersebut, dan percaya atau tidak harganya hanya 25rb/pcs. siippp, sudah merasa cukup kamipun melanjutkan perjalan. Baru beberapa menit perjalanan, telpon berdering, Ibuk menelpon kalau selain bros pengen cincin juga. Hmmm, setelah berunding dengan teman-teman yang lain, akhirnya kamipun memutuskan untuk mampir lagi jika nanti ada toko mutiara yang dilewati. Horee, ternyata memang ada, dan kali ini tokonya lebih terlihat mewah, berbeda dengan toko yang pertama. Setelah masuk, ternyata benar, mutiara-mutiara di toko ini kualitasnya bisa dibilang lebih bagus, selain itu desainnya juga lebih eksklusif.
Di toko yang kedua ini beberapa teman ada yang membeli mutiara air laut, tapi saya tetep membeli cicncin dengan mutiara air tawar. Sayapun akhirnya membeli 2 cincin pesanan Ibuk. Harga cincin yang saya beli sekitar 100-150rb/pc. Jadi buat yang mau jalan-jalan ke Lombok tidak ada salahnya untuk mampir ke toko mutiara yang banyak berjajar di jalan-jalan kota Mataram. Atau anda juga bisa membeli dari pedangan asongan yang menjajakan dangan mereka di objek wisata yang anda kunjungi.

Thursday, July 04, 2013

Diantara Dua Lelaki

Dengan langkah buru-buru akhirnya sampai juga ke Stasiun, tempat parkir kereta yang akan membawaku dari Jakarta menuju Kutoarjo. Perasaan lega menyelimutiku saat tau bahwa kereta masih menunggu kedatanganku. Kulihat masih ada sisa setengah jam untukku sebelum si kereta menggucapkan salamnya. Akupun memutuskan sholat di mushola terdekat. Perasaan lebih legapun sangat terasa setelah memohon doa kepada sang pencipta.
Aku berjalan memasuki kereta, mencari tempat duduk dengan nomor yang sesuai dengan nomor yang tertera
di tiket yang kumiliki.
"Turun mana mbak?" Tanya seorang bapak yang duduk disampingku
"Kutoarjo pak", jawabku sambil menaikkan barang bawaan di atas kursi dudukku
"Oh, di Kutoarjo dimana rumahnya?", ternyata si Bapak ini memang senang bertegur sapa
"Rumah saya di Klaten pak, tapi karena saya kehabisan tiket akhirnya memutuskan untuk naik ini saja,
nanti gampang dari kutoajo ke Klaten bisa naek bis ato kereta yang lewat"

Sepanjang perjalanan si Bapak banyak mengajakku bercerita. Akupun menjadi pendengar setia yang
sesekali menimpali pertanyaannya sebagai tanda hormat dan menghargai. Setelah bercerita panjang lebar
tiba-tiba si Bapak berkata "Nanti saya anter aja mbak sampai dapat Bis, bahaya cewe sendiri pagi-pagi
kalo nyari Bis sendirian, nanti saya juga mau nyari angkot ko buat ke purworejo"
"Hmm,boleh juga, lagipula kan seumur-umur aku belum pernah menginjakkan kaki ke Kutoarjo", batinku saat itu.
"Boleh pak, tapi nanti kalo sebelum subuh ada kereta ke Klaten yang berhenti, saya naik itu saja pak", Kataku dengan nada sopan.

Sekitar pukul 4 pagi akhirnya kereta parkir di depan stasiun Kutoarjo. Aku memutuskan untuk menunggu
di bangku dekat petugas stasiun, tapi si Bapak mengajakku ketempat yang lebih dekat dengan penjual
makanan, menurut beliau biar bisa sekalian ngeteh ato ngopi untuk menguris rasa kantuk dan dingin. Akupun menerima ajakannya.

Tak berapa aku duduk, tiba-tiba ada kereta yang berhenti, Aku berlari menuju petugas loket untuk  membeli tiket kereta itu agar bisa segera pulang. Harapan itu segera pupus karena petugas loket mengatakan kalau kereta tersebut sudah tidak berhenti di Klaten. Dengan langkah gontai akhirnya aku kembali ke tempat duduk, bersama dengan Bapak yang menemaniku semenjak dari Jakarta. Aku mencoba mencari Novelku, "Membaca novel mungkin akan mengusir rasa bosanku", gumanku saat itu.
Saat itu Bapak yang duduk disebelahkan bergeser sedikit mencari ruang untuknya bisa menikmati kepulan asap rokok yang diisapnya. Dua halaman, tiga halaman kubaca akhirnya ada seorang Bapak-Bapak yang lain menghampiriku
"Tadi nyari tiket buat ke Klaten ya mbak?", tanyanya dengan suara lirih
"Iya pak, tapi ternyata keretanya g berhenti di Klaten", aku menjawab dengan polos
"Oh, saya juga lagi bingung mbak, mau pulang ke Jogja tapi belum tau mau naek apa. Kereta yang ke Jogja masih jam 09.40 nanti"
"Kalau saya nanti mau naik bis aja pak" aku mencoba menjelaskan rencanaku agar sampai Klaten sepagi mungkin.
Setelah bercakap-cakap cukup lama akhirnya kita memutuskan untuk berangkat bersama mencari bis tujuan Solo setelah sholat subuh. Bapak itupun pamit untuk kembali ketempat duduknya semula. Setelah tinggal seorang diri saya duduk di kursi, Si Bapak yang pertama menghampiriku sambil mematikan putung rokoknya yang sudah pendek.
"Tadi Bapak itu ngapain nanya-nanya kamu?Dia bilang kalau pengen nyari kendaraan ke Klaten juga" Tanyanya dengan wajah serius
"iya pak, kok bapak tau?", tanyanku penasaran
"Jangan percaya, dia tu orang sini,sekarang g di desa g di kota banyak penipuan, hati-hati aja. Sudah nanti saya antar sampai dapat bis, jangan mudah percaya sama orang"
Mendengar kata-kata bapak itu saya sempat takut, mungkin benar apa yang dikatakannya. Kalau memang benar gimana nanti kalau dia beneran minta bareng naek bis ke Solo? Bagaimana aku menolaknya? Bukannya aku sudah janji akan mencari kendaraan bersama setlah sholat subuh nanti? Aku sempat bingung apa yang harus kulakukan, sampai akhirnya bapak yang tadi sebangku denganku di kereta berkata
"Sudah tenang saja,nanti aku anter, kalo ada apa-apa nanti aku yang bentuin"
Hmmm, setelah mendengar kata-kata itu akhirnya lega juga hatiku. Akupun akhirnya melanjutkan kembali membuka novelku yang sempat aku diamkan beberapa saat.
Kumandang adzanpun sayup-sayup terdengar, memecah keheningan pagi yang masih sepi. Akupun memutuskan untuk sholat dan mengajak Bapak yang duduk di sebelahku.
"Sudah duluan saja, nanti gantian", Kata beliau sambil mempersilahkanku untuk sholat terlebih dahulu.
Sayapun berjalan menuju ke mushola, tetapi sampai mushola saya tidak mendapatkan tempat untuk
meletakkan barang bawaanku. Melihat aku kebingungan mencari tempat, si Bapak melambaikan tangan pertanda agar aku menitipkan barang kepadanya. Tidak tau kenapa aku malah lebih mempercayakan barang-barangku kepada mbak-mbak yang juga sedang kebingungan mencari tempat untuk meletakkan barang bawaannya.Terlihat sekali raut wajah kecewa si Bapak yang telah menawarkan jasa baiknya kepadaku, akantetapi aku berusaha untuk tidak memikirkannya.
Setelah sholat selesai, Bapak yang tadi sudah janjian untuk mencari Bis bersama menghampiriku. Sempat panik karena saya tidak menemukan Bapak yang sudah menemaniku dari Jakarta di sekitar stasiun. Dimana
beliau? Bukannya beliau mau mengantarku? Menjagaku dari orang yang berniat jahat kepadaku?Dimana
beliau? Apa beliau beneran kecewa karena saya tidak mempercayakan barang bawaan saya kepada beliau?
Setelah melihat bapak yang menghampiriku membawa beberapa barang layaknya orang yang berpergian jauh, akhirnya aku sedikit percaya kalo Bapak ini benar-benar ingin mencari kendaraan, bukan bermaksud menipuku atau berbuat jahat kepadaku.
Setelah memikirkan segala sesuatunya, akhirnya aku memutuskan untuk mencari bis bersama Bapak tersebut. Di sepanjang perjalanan menuju pangkalan Bis kami bercakap-cakap dan itu menambah
keyakinanku kalau Bapak ini bukan bermaksud menipuku. Kamipun akhirnya menuju Klaten dan Jogja dengan menggunakan bis yang sama tujuan Solo.
Disepanjang perjalan saya hanya berfikir "Bapak yang menuduh Bapak yang bersamaku sekarang beneran bermaksud baik kepaku atau malah sebaliknya ya?kalau bermaksud baik, kenapa dia menghilang saat aku g menitipkan barangku kepadanya? Tapi kalau bermaksud jahat kenapa g dari turun kereta atau bahkan dari dalam kereta dia melakukannya?" Entahlah, semoga beliau memang bermaksud baik kepadaku. Bermaksud ingin menolong seorang perempuan yang tersesat ketempat yang belum pernah ia kunjungi.

Sasak (Suku Asli Lombok)

Hmmm, dari pagi ko belum ada kerjaan sama sekali, bingung mau ngapain, ya sudahlah iseng-iseng nulis lagi. Tapi apa ya??? Setelah berfikir beberapa saat akhirnya muncul juga ide untuk menulis tentang suku Sasak yang merupakan suku asli yang ada di Lombok. Walaupun sudah beberapa bulan yang lalu saya menggunjunginya, mudah-mudahan masih ada beberapa ingatan yang bisa saya tulis disini.

Selain terkenal karena pantainya yang sangat indah, ternyata Pemerintah setempat juga jeli mencari daya tarik lain dari kota Lombok. Mereka sengaja menjaga keaslian kampung Sade yang berada di desa Rembitan sehingga dapat dijadikan salah satu objek wisata yang pantas untuk dikunjungi wisatawan. Kalo dilihat dari letaknya, sebenarnya kampung adat ini terletak di pinggir jalan raya yang sudah lumayan ramai. Akan tetapi setelah kita memasukinya, kita akan dimanjakan dengan rumah adat yang berjajar rapi disepanjang gang di kampung tersebut. Begitu sampai di sana kami disamput oleh seorang pemuda kampung yang dengan setia menemani kami berjalan menyusuri kampung tersebut. Beliau juga menjelaskan tradisi-tradisi yang masih mereka jalankan. Walapun mayoritas dari mereka beragama muslim, mereka juga masih menganut aliran kepercayaan warisan dari nenek moyang mereka.
welcome Greeting

Dari segi mata pencaharian, sebagian besar dari mereka bermata pencaharian sebagi petani. Sang istri biasanya bertugas mengurus anak mereka di rumah sambil membuat kain tenun untuk membantu pemasukan keluarga. Sebagai daya tarik wisata, para wisatawan diperbolehkan untuk mencoba membuat kain tenun. Sayapun tak mau ketinggalan untuk mencobanya.hehee.. Hasil kain tenun mereka juga dijual untuk para wisatawan. Tak ada salahnya juga untuk memborong kain disini sebagai oleh-oleh sekaligus menyumbang buat masyarakat disana, akhirnya sayapun memutuskan untuk membeli beberapa kain dan sarung.

Belajar Menenun

Hasil Karya Masyarakat Sasak

Selain mencoba menenun, wisatwan akan diantar mengelilinggi deretan rumah yang ada di sana. Menurut guide kami (salah seorang pemuda kampung Sade), rumah mereka tidak dilapisi semen atau marmer seperti rumah-rumah pada umumnya. Rumah mereka dilapisi dengan tanah liat yang nantinya setiap beberapa minggu sekali akan di pel dengan kotoran kerbau agar tanah liat yang ada tetap keras. Kami juga diberi kesempatan untuk masuk ke salah satu rumah yang ada di sana.
Mau Bantu Masak?

Selain dari bentuk rumah, ternyata terdapat tradisi unik yang berlaku untuk masyarakat di desa Sade, yaitu kawin culik. Maksud dari kawin culik disini adalah, kalau ada ada pemuda yang ingin menikahi pujaan hatinya, maka ia harus menculik wanita tersebut. Aneh ya? tapi itulah tradisi mereka. Setelah menikah meraka akan menempati rumah kecil yang biasa digunakan oleh pengantin baru atau seorang nenek atau kakek yang sudah tidak memiliki keluarga lagi.
Rumah Kecil

Pura Taman Ayun

Semakin dekat waktu yang aku miliki untuk segera pindah ke pulau seberang. Rasanya belum rela berpisah dengan teman-teman dan sahabat-sahabat baikku. Tetapi kehidupan harus terus berjalan, dan tentunya semua harus dijalani. Karena sadar entah kapan lagi aku bisa kembali ke Bali, maka sisa -sisa hariku di Bali aku manfaatkan sebaik mungkin dengan mengunjungi beberapa tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Setalah browsing sana sini akhirnya aku dan teman-teman memutuskan untuk menggunjungi Pura Taman Ayun. Pura ini sendiri terletak di Desa Mengwi, kabupaten Badung, Provinsi Bali (kurang lebih 18 km barat laut kota Denpasar).

Sebelum tinggal di Bali rasanya aku pernah mendengar nama Taman Ayun yang terkenal keindahannya itu.Tapi entah kenapa sudah hampir 1,5 tahun di Bali malah belum pernah mampir untuk menikmati keindahannya. Begitu sampai disana ternyata benar, kami disambut jajaran pura yang terlihat megah dan kaya dengan unsur tradisi Bali. Sebelum sampai ke Pura utama, kami disambut dengan taman dengan halaman beralaskan rumput hijau dan area yang konon dulunya digunakan untuk upacara sabung ayam.
Pancuran yang mengarah ke segala arah

Sabung Ayam
Gapura Pura

Setelah berjalan beberapa meter, kita akan disambut dengan bangunan megah dengan pintu gapura yang sangat menarik. Walaupun kami tidak diperkenankan masuk ke area pura, kami bisa menikmati keindahan pura dengan mengelilinggi lewat pagar luar yang telah disediakan.
Papan Petunjuk
The Wonderfull Temple (1)
The Wonderfull Temple (2)

Buat kalian yang berencana berlibur ke Bali, tidak ada salahnya untuk mampir ke Pura Taman Ayun ini. Happy Nice Holiday :)

Wednesday, July 03, 2013

Lombok Part 1

Setelah hampir 1,5 tahun tinggal di Bali, kini semakin dekat waktuku untuk pindah ke pulau seberang, melanjutkan siklus hidupku yang mau tak mau harus ku jalani.Sudah direncanakan dari beberapa bulan yang lalu kalau last weekend sebelum aku pindah ke Jakarta aku dan teman-teman akan menyempatkan diri mengunjungi Lombok, pulau seberang Bali yang kata orang jauh lebih bagus dibandingkan Bali. Sampai-sampai ada yang bilang "Di Lombok kita dapet suasana Bali, tapi di Bali kita tidak akan menemukan suasana Lombok". Hmmm, harus dibuktikan memang, hehe..
Sebelum berangkat ke Lombok kami mempersiapkan segala sesuatunya dari Bali,mulai penginapan, tiket pesawat, rental mobil dan yang tak kalah penting list tempat-tempat yang mau kami kunjunggi. Semuanya beres sebelum kami berangkat ke Lombok.
Kami memutuskan untuk berangkat menggunakan kapal fery dari padang bai. Berangkat jumat malam dari kuta sekitar jam 9 an dengan menggunakan mobil pribadi, akhirnya kami sampai di Padang bai sekitar pukul set.11 malem. Setelah membeli tiket seharga 36rb, kamipun langsung menuju kapal. Beruntunglah kami, kapal yang kami tumpangi lumayan kosong, jadi satu kursi panjang bisa kita gunakan untuk satu orang, lumayanlah buat istirahat setelah seharian bekerja, hehe..
Sunrise in Lembar

Setelah perjalanan sekitar 4 jam kami akhirnya sampai di pelabuhan Lembar. Sempat binggung mencari tempat untuk menunggu jemputan, karena kami janjian sama rent car untuk dijemput jam 7 pagi, akhirnya kami menemukan tempat yang lumayan bersih untuk menunggu pagi.
Jam 7 pagi, akhirnya jemputanpun datang. Kami langsung menuju kota Mataram untuk memulai perjalanan kami di Lombok. Setelah mampir sebentar untuk sarapan, akhirnya kami sampai di pantai Kuta sekitar jam 9 an di rumah adat suku asli Lombok. Sasampai di tempat tersebut kamipun disambut seorang pemuda Sade yang dengan ramah menjelaskan sejarah dan kehidupan mereka sehari-hari. Disana kami juga membeli sarung khas Lombok yang menurut mereka asli bikinan tangan suku Sade.
Sasak Village

Perjalananpun dilanjutkan menuju pantai Kuta. Sesampai di pantai Kuta kami serempak kagum saat melihat birunya air laut, walaupun pantai di Bali juga bersih, tapi suasana dan biruya air laut yang kami liat sangat beda dengan air laut di Bali.
The beautiful view in Tanjung Aan

Pejalanan setengah hari pertama kita habiskan di Pantai Kuta, Pantai Seger dan Tanjung Aan. Pantai tersebut sebenarnya letaknya masih satu jalur, jadi tidak butuh waktu lama untuk berpindah dari pantai yang satu ke pantai yang lain.
Setelah puas bermain air, akhirnya kami memutuskan untuk mencicipi makanan khas Lombok. Sempat pengen merasakan ayam taliwang yang sudah sangat terkenal itu, tapi kata driver kami penjual ayam taliwang biasanya baru buka pada sore hari. Yasudahlah sate rembige pun tak apa buat mengisi perut kami yang sudah mulai lapar.
Diperjalanan menuju tempat makanan, kami mampir untuk membeli mutiara Lombok.  Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Lombok juga terkenal dengan mutiaranya. Sayapun tak mau ketinggalan membeli mutiara untuk mama tercinta, hehe.
Perjalanan hari pertamapun diakhiri dengan melihat keindahan matahari terbenam di Pantai Malimbu dan akhirnya checkin ke hotel yang sudah kami pesan jauh-jauh hari sebelumnya.

Alhamdulillah (The Wedding Done)

Alhamdulillah, akhirnya acara yang sudah dipersiapkan setahun belakangan ini sudah selesai. Tak lepas dari kurang dan lebihnya, jujur aku sendiri puas dengan semua acara yang ada. Dari akad, resepsi, sampai ngunduh mantu yang dlaksanakan sehari setelah acara akad dan resepsi di Klaten.

Acara pernikahan kami kemarin diadakan di dua tempat. Pada hari minggu, 30 June 2013 acara diselenggarakan di Klaten. Acara dimulai dengan akad nikah yang dilaksanakan sekitar pukul 08.00 WIB. Sebelum akad, si mas sempet deg2an. Dia sempat bingung nanti pas akad nikah mau baca apa tidak. Aku cuma ketawa2 aja liat muka dia yang keliatan grogi. Alhamdulillah berkat arahan Bapak Wali nikah, akhirnya acara akadpun berjalan dengan lancar. Sempat nangis juga aku pas sungkem kepada orang tua. Huaaaa, ternyata sedih juga mau dilepas dari ortu, hehe..Saat akad kami memilih pakaian dengan nuansa putih agar terlihat lebih khusyuk dan tidak terlalu meriah.
Akad Nikah Ulfa - Wahyu 

Setelah akad nikah selesai, kami berdua kembali ke ruang make up untuk berganti baju dengan nuansa merah. Karena kita memilih menggunakan adat jawa, maka si mas menggunakan beskap lengkap dengan keris dan blangkonnya. Sedangkan aku mengunakan kebaya merah dengan kepala menggunakan tujuh buah sunduk mentul. Karena saya menggunakan jilbab, saya memilih untuk tidak menggunakan pelipis seperti kebanyakan pengantin Jawa lainnya.Setelah selesai berganti pakaian kamipun kembali ke ruang utama dan acara resepsi pernikahanpun dimulai.
With our parents

Perasaan senang, terharu, tidak percaya, semuanya bercampur menjadi satu. Acara resepsi berlangsung kurang lebih 2 jam dengan diakhiri pamitan dari para tamu undangan yang hadir.
Just You and Me

Keesokan harinya, Senin 1 July 2013 acara ngunduh mantu dilaksanakan. saya, Mas Wahyu dan keluarga besar dari Klaten berangkat ke Bantul sekitar pukul 10.30 WIB. Setelah 2 jam perjalanan kamipun akhirnya sampai ke rumah Mas di Bantul. Dengan menggunakan nuansa coklat, acara dilaksanakan secara sederhana. Acarapun selesai sekitar pukul 15.00 WIB.