Dengan langkah buru-buru akhirnya sampai juga ke Stasiun, tempat parkir kereta yang akan membawaku dari Jakarta menuju Kutoarjo. Perasaan lega menyelimutiku saat tau bahwa kereta masih menunggu kedatanganku. Kulihat masih ada sisa setengah jam untukku sebelum si kereta menggucapkan salamnya. Akupun memutuskan sholat di mushola terdekat. Perasaan lebih legapun sangat terasa setelah memohon doa kepada sang pencipta.
Aku berjalan memasuki kereta, mencari tempat duduk dengan nomor yang sesuai dengan nomor yang tertera
di tiket yang kumiliki.
"Turun mana mbak?" Tanya seorang bapak yang duduk disampingku
"Kutoarjo pak", jawabku sambil menaikkan barang bawaan di atas kursi dudukku
"Oh, di Kutoarjo dimana rumahnya?", ternyata si Bapak ini memang senang bertegur sapa
"Rumah saya di Klaten pak, tapi karena saya kehabisan tiket akhirnya memutuskan untuk naik ini saja,
nanti gampang dari kutoajo ke Klaten bisa naek bis ato kereta yang lewat"
Sepanjang perjalanan si Bapak banyak mengajakku bercerita. Akupun menjadi pendengar setia yang
sesekali menimpali pertanyaannya sebagai tanda hormat dan menghargai. Setelah bercerita panjang lebar
tiba-tiba si Bapak berkata "Nanti saya anter aja mbak sampai dapat Bis, bahaya cewe sendiri pagi-pagi
kalo nyari Bis sendirian, nanti saya juga mau nyari angkot ko buat ke purworejo"
"Hmm,boleh juga, lagipula kan seumur-umur aku belum pernah menginjakkan kaki ke Kutoarjo", batinku saat itu.
"Boleh pak, tapi nanti kalo sebelum subuh ada kereta ke Klaten yang berhenti, saya naik itu saja pak", Kataku dengan nada sopan.
Sekitar pukul 4 pagi akhirnya kereta parkir di depan stasiun Kutoarjo. Aku memutuskan untuk menunggu
di bangku dekat petugas stasiun, tapi si Bapak mengajakku ketempat yang lebih dekat dengan penjual
makanan, menurut beliau biar bisa sekalian ngeteh ato ngopi untuk menguris rasa kantuk dan dingin. Akupun menerima ajakannya.
Tak berapa aku duduk, tiba-tiba ada kereta yang berhenti, Aku berlari menuju petugas loket untuk membeli tiket kereta itu agar bisa segera pulang. Harapan itu segera pupus karena petugas loket mengatakan kalau kereta tersebut sudah tidak berhenti di Klaten. Dengan langkah gontai akhirnya aku kembali ke tempat duduk, bersama dengan Bapak yang menemaniku semenjak dari Jakarta. Aku mencoba mencari Novelku, "Membaca novel mungkin akan mengusir rasa bosanku", gumanku saat itu.
Saat itu Bapak yang duduk disebelahkan bergeser sedikit mencari ruang untuknya bisa menikmati kepulan asap rokok yang diisapnya. Dua halaman, tiga halaman kubaca akhirnya ada seorang Bapak-Bapak yang lain menghampiriku
"Tadi nyari tiket buat ke Klaten ya mbak?", tanyanya dengan suara lirih
"Iya pak, tapi ternyata keretanya g berhenti di Klaten", aku menjawab dengan polos
"Oh, saya juga lagi bingung mbak, mau pulang ke Jogja tapi belum tau mau naek apa. Kereta yang ke Jogja masih jam 09.40 nanti"
"Kalau saya nanti mau naik bis aja pak" aku mencoba menjelaskan rencanaku agar sampai Klaten sepagi mungkin.
Setelah bercakap-cakap cukup lama akhirnya kita memutuskan untuk berangkat bersama mencari bis tujuan Solo setelah sholat subuh. Bapak itupun pamit untuk kembali ketempat duduknya semula. Setelah tinggal seorang diri saya duduk di kursi, Si Bapak yang pertama menghampiriku sambil mematikan putung rokoknya yang sudah pendek.
"Tadi Bapak itu ngapain nanya-nanya kamu?Dia bilang kalau pengen nyari kendaraan ke Klaten juga" Tanyanya dengan wajah serius
"iya pak, kok bapak tau?", tanyanku penasaran
"Jangan percaya, dia tu orang sini,sekarang g di desa g di kota banyak penipuan, hati-hati aja. Sudah nanti saya antar sampai dapat bis, jangan mudah percaya sama orang"
Mendengar kata-kata bapak itu saya sempat takut, mungkin benar apa yang dikatakannya. Kalau memang benar gimana nanti kalau dia beneran minta bareng naek bis ke Solo? Bagaimana aku menolaknya? Bukannya aku sudah janji akan mencari kendaraan bersama setlah sholat subuh nanti? Aku sempat bingung apa yang harus kulakukan, sampai akhirnya bapak yang tadi sebangku denganku di kereta berkata
"Sudah tenang saja,nanti aku anter, kalo ada apa-apa nanti aku yang bentuin"
Hmmm, setelah mendengar kata-kata itu akhirnya lega juga hatiku. Akupun akhirnya melanjutkan kembali membuka novelku yang sempat aku diamkan beberapa saat.
Kumandang adzanpun sayup-sayup terdengar, memecah keheningan pagi yang masih sepi. Akupun memutuskan untuk sholat dan mengajak Bapak yang duduk di sebelahku.
"Sudah duluan saja, nanti gantian", Kata beliau sambil mempersilahkanku untuk sholat terlebih dahulu.
Sayapun berjalan menuju ke mushola, tetapi sampai mushola saya tidak mendapatkan tempat untuk
meletakkan barang bawaanku. Melihat aku kebingungan mencari tempat, si Bapak melambaikan tangan pertanda agar aku menitipkan barang kepadanya. Tidak tau kenapa aku malah lebih mempercayakan barang-barangku kepada mbak-mbak yang juga sedang kebingungan mencari tempat untuk meletakkan barang bawaannya.Terlihat sekali raut wajah kecewa si Bapak yang telah menawarkan jasa baiknya kepadaku, akantetapi aku berusaha untuk tidak memikirkannya.
Setelah sholat selesai, Bapak yang tadi sudah janjian untuk mencari Bis bersama menghampiriku. Sempat panik karena saya tidak menemukan Bapak yang sudah menemaniku dari Jakarta di sekitar stasiun. Dimana
beliau? Bukannya beliau mau mengantarku? Menjagaku dari orang yang berniat jahat kepadaku?Dimana
beliau? Apa beliau beneran kecewa karena saya tidak mempercayakan barang bawaan saya kepada beliau?
Setelah melihat bapak yang menghampiriku membawa beberapa barang layaknya orang yang berpergian jauh, akhirnya aku sedikit percaya kalo Bapak ini benar-benar ingin mencari kendaraan, bukan bermaksud menipuku atau berbuat jahat kepadaku.
Setelah memikirkan segala sesuatunya, akhirnya aku memutuskan untuk mencari bis bersama Bapak tersebut. Di sepanjang perjalanan menuju pangkalan Bis kami bercakap-cakap dan itu menambah
keyakinanku kalau Bapak ini bukan bermaksud menipuku. Kamipun akhirnya menuju Klaten dan Jogja dengan menggunakan bis yang sama tujuan Solo.
Disepanjang perjalan saya hanya berfikir "Bapak yang menuduh Bapak yang bersamaku sekarang beneran bermaksud baik kepaku atau malah sebaliknya ya?kalau bermaksud baik, kenapa dia menghilang saat aku g menitipkan barangku kepadanya? Tapi kalau bermaksud jahat kenapa g dari turun kereta atau bahkan dari dalam kereta dia melakukannya?" Entahlah, semoga beliau memang bermaksud baik kepadaku. Bermaksud ingin menolong seorang perempuan yang tersesat ketempat yang belum pernah ia kunjungi.
No comments:
Post a Comment