Saturday, March 16, 2013

Twin Waterfall


Perjalanan kali in lanjutan dari perjalanan "See the Dolphins at Lovina" pada postingan saya sebelumnya. Setelah dari Lovina, di perjalanan pulang kami menyempatkan diri untuk mampir ke air terjun yang banyak kami jumpai di jalan menuju Lovina. Air terjun terasebut terletak di Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng Bali. Acara mampir ke air terjun tadinya hampir tertunda karena hujan, tetapi setalah sampai di sekitar gitgit hujanpun berhenti, Thank's God. Setelah berunding kamipun memutuskan untuk mampir ke twin waterfall. Sempat bingung mau mapir ke air terjun yang mana, karena di sana terdapat banyak air terjun yang dapat kita kunjunggi. Tetapi atas rekomendasi pelayan tempat makan yang kami singgahi akhirnya kamipun memutuskan untuk ke Twin Waterfall.
Untuk menuju ke air terjunnya, kita harus menuruni beberapa anak tangga. Dengan uang masuk 5 ribu rupiah, kamipun disuguhi 2 air tejun yang sangat bersih dengan pemandangan yang hijau di sekitarnya. Sesuai dengan namanya di tempat ini terdapat 2 air terjun yang sangat indah mengalir dari tempat yang lebih tinggi. Udara di sekitar yang sangat sejuk sangat menjadikan pikiran kami menjadi lebih rileks. So, tidak ada salahnya jika kita mampir sejenak ke tempat ini untuk menikmati keagungan ciptaan Tuhan yang sungguh luar biasa dan masih tetap terjaga kebersihan dan keasliannya ini.

See the Dolphins at Lovina


Perjalanan menuju Lovina kami mulai siang hari sekitar pukul 1 siang. Dari daerah Kuta, kami membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk sampai ke Lovina dengan menggunakan mobil pribadi, maklum di Bali kan jarang ditemui angkutan umum seperti kereta api atau Bus. Sesampai di Lovina, kami menuju bibir pantai yang biasanya dijadikan tempat perahu-perahu nelayan yang menggantarkan pengunjung melihat lumba-lumba di pagi harinya. Kami sengaja menuju ke sana terlebih dahulu karena biasanya pada sore hari banyak jasa-jasa penyewaan perahu yang bersedia memberikan informasi hotel-hotel yang bisa kami jadikan tempat untuk bermalam. Kita tinggal memberi tahu harga hotel yang kita ingginkan, mereka akan senang hati mengantarkan untuk mencari hotel yang cocok buat kita. Sebagai imbalannya kita harus menggunakan jasa perahu mereka untuk melihat lumba-lumba keesokan harinya. Banyak hotel yang disediakan di sana, dan harganyapun lumayan murah jika dibandingkan dengan hotel-hotel di daerah kuta. Waktu kami mendapatkan hotel dengan harga 100 ribu untuk satu malamnya, murah kan? Sedangkan untuk perahunya kita mengeluarkan 60 ribu per orang.
Setelah mendapatkan hotel, kami pun beristirahat sambil menikmati segarnya udara Lovina yang masih bersih dari polusi kendaraan bermotor. Setelah merasa cukup beristirahat, kami pun menuju tempat makan yang katanya murah dengan view di pinggir pantai. Di sana kami makan ikan dan seafood, dan benar saja harganya lumayan murah. Mungkin karena daerah ini masih belum terlalu ramai, jadi semuanya masih tergolong murah jika di bandingkan dengan harga di Kuta.
Malam harinya kamipun memutuskan untuk tidur lebih cepat karena besuk jam set.6 kita harus sudah siap menghampiri lumba-lumba yang sedang asyik berenang di pagi hari. Sekitar pukul set.6 pagi bapak nelayan membangunkan kami, dan kamipun siap menuju ke pantai. Sesampainya di sana kami di berikan minuman
hangat dan gorengan untuk sekedar menganjal perut kami yang masih kosong. Setelah merasa cukup, kami pun memutuskan untuk segera berangkat karena tak sabar ingin bertemu dengan si dolpin yang mengemaskan, hehe..
Kami pun sempat agak putus asa, karena setelah berjalan beberapa menit kami belum juga menemui si mamalia air itu. Di tengah keputus asaan kami, ada seekor lumba-lumba yang tiba-tiba terbang, seolah
membangunkan kami yang mulia tertidur karena masih berasa ngantuk, "wowwwwwww", kamipun berteriak
takjub. Dengan sigap bapak nelayan mengear sekerumunan lumba-lumba yang sedang berenang dengan lucunya. Kamipun sangat terhibur, puluhan lumba-lumba sedang berbaris sambil berenang menuju ke arah yang sama. Samping kiri kanan perahu kami di kelilinggi sekumpulan lumba-lumba, wowww, memang di sini pulaunya lumba-lumba, it's amazing. Setelah mulai jarang lumba-lumba yang bisa kami temukan, kamipun memutuskan untuk kembali ke bibir pantai dengan perasaan yang sangat senang dan kagum dengan si mamalia lucu itu.
Yang penasaran pengen liat si lumba-lumba berenang bebas di laut lepas ini aku ada videonya, selamat menikmati :)




Ogoh-Ogoh


Sebelum nyepi biasanya masyarakat Bali melakukan beberapa ritual salah satunya adalah ritual arakan ogoh-ogoh. Ritual ini biasanya dilakukan pada malam hari sebelum nyepi dimulai. Sangat kagum ketika melihat puluhan, bahkan mungkin ratusan  ogoh-ogoh di arak di sepanjang jalan dengan karakter yang berbeda-beda.
Dalam kepercayaan masyarakat Bali arakan ogoh-ogoh ini melambangkan penolakan terhadap roh dan sifat-sifat jahat, karena ogoh-ogoh sendiri merupakan patung yang biasanya menggambarkan kepribadian bhuta kala, raksasa, dan makhluk-makhluk kayangan lainnya. Tak heran jika patung ogoh-ogoh tersebut terlihat seram dan menakutkan. Akan tetapi akhir-akhir ini kita juga dapat menemukan beberapa ogoh-ogoh yang menggambarkan situasi politik sosial yang terjadi pada masa kini. Misalnya ogoh-ogoh yang menggambarkan koruptor, teroris maupun beberapa aktivitas masyarakat yang dianggap bertentangan dengan kaidah sosial masyarakat yang ada.
Menjelang nyepi, ogoh-ogoh bisa ditemukan di sepanjang jalan di Bali karena setiap Banjar akan menampilkan ogoh-ogoh yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya.  Setelah selesai diarak, pagi harinya masyarakat Bali yang beragama Hindu akan melaksanakan nyepi. Nyepi ini dilakukan dari jam 6 pagi sampai jam 6 pagi keesokan harinya. Setelah selesai nyepi ogoh-ogoh yang diarak tersebut akan dibakar, yang menandakan penolakan terhadap arwah-arwah jahat.